Wednesday 3 February 2016

Hukum Memulai



Catatan Seorang WNI || Hukum Memulai

Ketika saya bertanya kepada salasatu teman saya,
“Apa cita-citamu?”
Dengan  Lantang, lalu Ia menjawab
“Saya akan menjadi seorang dokter”
Dari jawaban lantangnya, menegaskan bahwa Ia memang benar-benar siap untuk menjadi seorang dokter.

Satu tahun berlalu, saya bertemu lagi dengan teman saya tadi. Lalu bertanya
“Hal apa yang telah kamu ketahui tentang ilmu kedokteran?”
Tak seperti setahun yang lalu, Ia menjawab pertanyaanku dengan kepala menunduk,
“Saya belum mendapatkan apapun tentang ilmu kedokteran”

Satu  tahun berselang, ketika saya menemuinya lagi, saya bertanya hal yang sama seperti tahun sebelumnya,
“Hal apa yang telah kamu ketahui tentang ilmu kedokteran?”
Lagi, dan lagi. Ia menjawab dengan nada mengecil
“Saya belum mendapatkan apapun tentang ilmu kedokteran”

Saya percaya, satu tahun, dua tahun, tiga tahun berikutnya ketika saya tanya hal yang sama, Ia akan selalu menjawab bahwa ia belum mendapatkan apapun tentang  ilmu kedokteran, apabila Ia tak pernah mau memulai untuk mempelajari ilmu kedokteran. Terus saja hingga Avanged Sevenfold membuat album Religi.
Dan Saya bisa melihat, hingga tahun –tahun berikutnya, Ia tak akan menjadi seorang dokter apabila Ia hanya diam, dan tak melakukan apapun.

Kiranya benar menurut buku yang pernah saya baca tentang salasatu kisah Abu Nawas.


Diceritakan bahwa di suatu hari, Abu Nawas bertemu dengan Raja Harun Ar-Rasyid.
Abu Nawas lalu bertaruh dengan Sang Raja.
Abu Nawas mengatakan bahwa Ia akan terbang.
Apabila Abu Nawas kalah, maka Ia akan pergi dari kota Sang Raja.
Tapi apabila Abu Nawas menang, maka Raja Harun Ar-Rasyid harus memberikan hadiah kepada Abu Nawas.

Mengingat bahwa taruhannya adalah Abu Nawas akan melakukan sesuatu hal yang mustahil, dengan jaminan Abu Nawas akan pergi dari Kota apabila Abu Nawas kalah, maka Raja Harun Ar-Rasyid menyetujui taruhan tersebut.

Seminggu kemudian rakyat telah berkumpul untuk menyaksikan Abu Nawas akan terbang.
Abu Nawas menunggu Baginda Raja Harun Ar-Rasyid diatas panggung yang telah disediakan untuknya. Tinggi panggung tersebut 12 meter.
Sesaat kemudian Raja Harun Ar-Rasyid tiba ditempat pertunjukan, kemudian mendekati Abu Nawas.
“Kamu sudah siap?” tanya Raja Harun Ar-Rasyid
“Saya Sudah siap, Baginda” jawab Abu Nawas.
Kemudian Abu Nawas memanjat panggung yang tinggi tersebut sampai di atas.
Kemudian Ia berdiri.
Rakyat khawatir, “Bagaimana Abu Nawas terbang dari atas panggung itu tanpa membawa peralatan apapun. Kalau jatuh, Abu Nawas pasti mati” kata mereka.

Setelah sampai diatas panggung dengan tinggi 12 meter tersebut, Abu Nawas lalu mengangkat satu kakinya dan mengayun-ayunkan kedua tangannya seperti burung akan terbang.
Kemudian ganti satu kakinya lagi, dan mengayun-ayunkan kedua tangannya kembali.
Perbuatan itu dilakukan Abu Nawas berulang-ulang sehingga rakyat merasa bosan melihat tingkah Abu Nawas tersebut.
“Katanya kamu akan terbang, kenapa Kamu hanya melakukan hal seperti itu saja?” teriak rakyat dengan kesal.
Abu Nawas menjawab “Saya kan hanya berkata akan terbang. Lihat aksi saya ini. Saya akan terbang kan?”

Baginda Raja Harun Ar-Rasyid pun tersenyum melihat tingkah laku dan jawaban Abu Nawas tersebut, dan Baginda merasa kalah. Abu Nawas pun mendapatkan hadiah.


Itulah kalau Kita hanya akan menjadi seorang dokter, maka selamanya hanya akan menjadi seorang dokter dan tidak pernah menjadi seorang dokter.
Hal ini terjadi karena semua hal yang ada di dunia ini memiliki ‘Hukum Memulai’.

Agaknya benar, bahwa ‘Hukum Memulai ‘ di Dunia sama seperti ‘Hukum Gaya Gerak’ di ilmu Fisika.
Dalam gaya gerak, disebutkan bahwa sebuah benda diam akan tetap diam, dan benda bergerak akan tetap bergerak kecuali ada gaya lain yang mempengaruhinya.

Puisi Untuk Koruptor




Namaku Rakyat
Tak pernah tersirat
Di Negeriku banyak penjilat
Rakyat dibuat melarat
Oleh Engkau wahai keparat

Ibu Pertiwiku
Indahnya alam tak pernah ada ragu
Kini, hanya bisa menanggung malu
Rakyat tak menjadi prioritas nomor Satu
Penjilat hanya mementingkan nafsu

Indonesia Negeriku Tercinta
Di sana tempat lahir Beta
Sungguh malang nasibnya
Entah kemana uang Negara
Bukti nayata Korupsi merajalela

Inilah NKRI
Maling-maling diberi konsesi
Tikus-tikus sedang asyik berkolusi
Entah kapan semua ini akan berhenti
Mungkin seribu tahun lagi

Nusantara Alamnya Subur
Tempat berlindung penjilat yang tak pandai bersyukur
Mereka yang memainkan bidak catur
Membuat rakyat tak lagi makmur
Sungguh, budaya Korupsi harus dikubur

Jalan Cinta Para Aktivis




Catatan Seorang WNI || Jalan Cinta Para Aktivis


Bukanlah sebuah jabatan dan kedudukan yang kami harapkan, kita hanya ingin memenuhi  janji untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesamanya. Ah, mungkin kita telihat berpura-pura tak cinta harta benda, tetapi ya inilah diri kita dan perjuangan kita. Jalan ini tidak mudah, kawan. Jalan ini, ya jalan ini sampai akhirnya mempertemukan kita semua disini. Di jalan ini kita sama berjuang, ah terlalu sepele jika dibandingkan dengan para pejuang, namun kita sering menggunakan kata ini untuk membangkitakan rasa semangat kita untuk tetap berada di jalan ini.

Hanya perlu keikhlasan untuk menjalani jalan ini, keikhlasan untuk berpikir lebih, keikhlasan untuk berkorban lebih, keikhlasan untuk disakiti lebih, dan keikhlasan untuk berlapang dada lebih. Inilah yang diperlukan untuk menjalani jalan ini. Apakah jalan ini sebegitu sulit untuk dilalui?
Mengapa persyaratannya begitu berat dan terlihat sangat menyakitkan? Apa balasannya?

Balasannya hanya ridha Illahi. Ya, balasannya hanya itu saja. Jika kau mengharapkan lebih, maka bukanlah jalan ini tempatnya. Silahkan kau cari jalan lainnya. Jika kau dapati aku mendapatkan hal-hal yang lainnya ini merupakan bonus. Setelah lelah dan letih seharian menjalankan sebuah kegiatan, bonusnya itu tidak lebih hanya nasi bungkus untuk makan siang atau makan malam. Anehnya, setelah acara itu berlangsung, kita merasakan senang dan bahagia, padahal setelah kegiatan itu kita harus kembali lagi menjadi mahasiswa, diterejang oleh beberapa tugas-tugas dan ujian-ujian matakuliah. Kadangkala kita harus memutar otak bagaimana semua tugas-tugas itu dapat dikerjakan dengan baik.

Semuanya harus berlangsung di waktu yang bersamaan, hingga terkadang aku berpikir bahwa kita menggadaikan masa muda kita dengan perjuangan ini. Namun, aku tahu bahwa kita ternyata sedang dijaga olehnya dari perbuatan-perbuatan sia-sia.

Sungguh, perjalanan ini sangat melelahkan. Tetapi kawan, entah kenapa kita pilih jalan ini. Aku pun sempat bertanya pada diriku mengapa jalan ini yang aku pilih. Karena cinta, ya karena cinta sehingga kita saling terhubung dalam jalan ini, dengan ikatan atas nama cinta untuk tetap terus bersama. Emas menggunung dan mahkota bertakhta berlian pun tak akan pernah sanggup membayar ini semua. Namun, aku masih heran, mengapa kita masih mau berada di jalan ini. Aku menyebutnya jalan cahaya, dimana jalannya yang panas, dan aku berharap ada angin segar yang menghembus untuk sekedar menyejukkan hati ini.

Bahkan, terkadang orang-orang di sekitar kita pun tak mengahargai, tetapi masih saja kita berada di jalan ini. Tidak sedikit mereka mencemooh kita. Banyak yang berkata ini hanyalah pelarian dari akademik kita yang buruk. Atau banyak yang berkata ini adalah maneuver agar kita dapat terkenal dengan cepat. Atau yang lebih menyakitkan lagi banyak yang berkata bahwa kita hanyalah sekelompok orang yang kurang kerjaan. Sungguh miris, kawan. Ya, semua itu tidaklah berbayar dan hanya atas dasar cinta kita melakukannya.

Mereka tidak tahu kalau kita berjuang untuk nilai akademik, sembari harus memikirkan program-program kerja yang telah disusun, mengerjakan tugas di sepinya malam, berselimutkan bintang temaram yang menenteramkan hati, dan tidur bersama senandung nyanyian malam.
Metematika kita sungguh membingungkan, siapa dia, siapa kita. Kita tidak terhubung oleh suatu ikatan keluarga. Tapi mengapa kita masih saja memperjuangkannya, memikirkannya, mau bersusah payah, dan membantunya? Lantas apa yang kita dapatkan? Kita hanya tersenyum jika pertanyaan itu terlontar. Sungguh, matematika yang sangat membingungkan.


Kawan, bekerja disaat yang lain terlelap, bersemangat disaat yang lain mengeluh, berteriak disaat yang lain diam, dan berlari disaat yang lain berjalan. Angkuhknya kita sering bersuara bahwa jalan inilah yang sangat membutuhkan kita. Namun, ternyata kawan, kitalah yang sebenarnya membutuhkan jalan perjuangan ini. untuk mencari ridhanya. Untuk merasakan anginnya berjuang, kitalah yang membutuhkan jalan ini untuk senantiasa saling terhubung, dalam ikatan ikatan yang disebut dengan ukhuwah.

Terkadang lelah itu menghampiri, terkadang jenuh itu menghinggapi, terkadang air mata itu tak tertahankan lagi, dan peluh terus menetes. Namun, aku tahu pasti kita akan selalu ada untuk memberikan senyuman paling hangat, dan untuk menghapus air mata ini. Memberikan cinta penawar luka.

Biarkan mereka, yang tidak tahu apa-apa terus mencemooh kita, biarkan mereka terus menghakimi kita, biarkan mereka terus menyudutkan kita, namun aku tahu pasti kau dan aku, kita akan terus berada di jalan ini. Mencari puing-puing berserakan, menyusunnya dalam sebuah kumpulan mozaik indah untuk agama, untuk almamater, dan untuk bangsa kita. Untuk sekedar torehan indah dalam episode hidup kita.
Inilah jalan kita, jalan cahaya yang penuh cinta, aku lebih senang menyebutnya dengan jalan cinta, karena atas dasar inilah, aku dan kau, kita dapat berjalan bersama, dengan matematika yang sangat membingungkan.



Nugroho Adi, Susanti Laras, Rachman Hustina Purnawati, DKK. 2012. Belajar Merawat Indonesia.

Paradigma Kecerdasan Spiritual



 
Catatan Seorang WNI || Paradigma Kecerdasan Spiritual
Berbicara tentang paradigma kecerdasan spiritual, berarti berbicara tentang kesalahan paradigma kebanyakan orang yang lebih mengutamakan kecerdasan IQ dan EQ. Padahal, bila kita kaji lebih jauh, kita akan mendapatkan bahwa SQ atau kecerdasan spirituallah yang nantinya akan membawa manusia kedalam kehidupan yang bahagia di dunia maupun di akhirat. Begitu pentingnya kecerdasan spiritual dalam kehidupan semua umat manusia didasari karena spiritual adalah sebagai tujuan utama seseorang yang bertaqwa dan penentu bagi keselamatan dan kesengsaraan manusia.


Wanita Karier, Salahkah?



Catatan Seorang WNI || Wanita Karier

Berbicara tentang wanita karier, tak akan pernah lepas dari soal pro dan kontra tentang perempuan karier itu sendiri. Tidak lain dan tidak bukan, karena disebabkan oleh adanya sisi positif dan sisi negatif ketika seorang perempuan memilih menjadi wanita karier.

Diantara sisi positif yang dapat diambil adalah:
Pertama, Menjadikan perempuan tersebut agar lebih mandiri  untuk menjalani kehidupan yang keras di dunia ini.
Kedua, untuk meringankan beban ekonomi keluarganya. Bagi perempuan yang sudah beristri, tentu saja akan meringankan tanggung jawab suami dalam finansial.

Selain sisi positif, isu wanita karier pun tak akan lepas dari sisi negatif, diantaranya:

Petama, karena Wanita Karier masihlah menjadi kata asing di negeri ini, karena sejatinya perempuan adalah yang bertanggungjawab mengurusi rumah tangga.

Kedua, kehidupan perempuan jelas berbeda dengan kehidupan laki-laki. Dalam masa perkembangannya, perempuan dianugrahi tanggungjawab untuk mengandung dan melahirkan anak. Ini mungkin yang akan mengganggu karier wanita tersebut.

Ketiga, begitu sulitnya perempuan untuk ditempatkan dimana saja ketika mereka sudah mendapatkan pekerjaannya.
 

Agung Ramadhany Template by Ipietoon Cute Blog Design